MAKALAH LITERASI INFORMASI PERPUSTAKAAN

 

MAKALAH

LITERASI INFORMASI PERPUSTAKAAN

 

 

Disusun Oleh:

Andrian Khoirul Ummah


PROGRAM STUDI MANAJEMAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA

2022

KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh                                                                                        Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan Makalah mata kuliah Literasi Perpustakaan dengan judul pembahasan Literasi Informasi Perpustakaan”. Tanpa ada kendala suatu apapun.                                                                                                                                 Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, semoga Allah SWT membalas amal kebaikannya. Aamiin                                                                                                                                                         Kami menyadari sepenuhnya banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Dengan ini kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.           

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

 

Samarinda, 12 September 2022

 

 

Kelompok 3

 

 

 

 


 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR. ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN.. 1

A. Latar Belakang. 1

B. Rumusan Masalah. 2

C. Tujuan. 3

BAB II PEMBAHASAN.. 4

A. pengertian literasi informasi 4

B. Manfaat literasi informasi 5

C. peranan literasi informasi bagi perpustakaan. 6

D. peranan literasi informasi bagi pustakawan. 8

E. model literasi informasi 9

BAB III PENUTUP. 12

A.     Kesimpulan. 12

B.     Saran. 12

DAFTAR PUSTAKA. 13

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB I PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Beberapa definisi menggambarkan bahwa informasi dapat ditampilkan dalam beberapa format dan dapat dimasukkan ke dalam sumber yang terdokumentasi (buku, jurnal, laporan, tesis, grafik, lukisan, multimedia, rekaman suara). Di masa depan, mungkin ada format lain dalam menampilkan informasi di luar imaginasi kita pada saat ini. Dalam perkembangan teknologi informasi dan internet saat ini, maka timbul beberapa perkembangan yang mendorong perubahan konsep literasi awal, menjadi konsep baru literasi yang memiliki pengertian yang berkaitan dengan beberapa keahlian baru yang harus dimiliki oleh siswa. International Literacy Institute, menjelaskan bahwa pengertian literasi sendiri sekarang sudah berkembang dan diartikan menjadi sebuah “range” keahlian yang relatif untuk membaca, menulis, berkomunikasi dan berfikir secara kritis.                                                                    Karena itu maka Tapio Varis, Ketua umum UNESCO untuk Global ELearning mengatakan bahwa dengan berkembangnya teknologi komputer dan informasi, maka literasi bisa dipetakan menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Literasi teknologi, yaitu keahlian untuk menggunakan internet dan mengkomunikasikan informasi. b. Literasi Informasi, yaitu keahlian untuk melakukan riset dan menganalisa informasi sebagai dasar pengambilan keputusan c. Literasi media, yaitu keahlian untuk menghasilkan, mendistribusikan, serta mengevaluasi isi koleksi pandang dengar (Audio Visual) d. Literasi Global, yaitu pemahaman akan saling ketergantungan manusia didunia global, sehingga mampu berpartisipasi di dunia global dan berkolaborasi. e. Literasi kompentensi sosial dan tanggungjawab lebih kepada pemahaman etika dan pemahaman terhadap keamanan dan privasi dalam berinternet (McPerson, 2007). Di tengah keberagaman bentuk dan jenis informasi, maka kita dituntut tidak hanya dapat menbaca dan menulis bahan tertulis (dalam bentuk buku atau tercetak) saja, tetapi bentuk-bentuk lain seiring dengan perkembangan teknologi informasi. Menurut Eisenberg (2004) selain memiliki kemampuan literasi informasi, seseorang juga harus membekali dirinya dengan literasi yang lain seperti: a. Literasi visual adalah kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan dan mengekspresikan gambar. b. Literasi media merupakan kemampuan untuk mengakses, menganalisis dan menciptakan informasi untuk hasil yang spesifik. Media tersebut adalah Televisi, radio, surat kabar, film, musik. c. Literasi komputer adalah kemampuan untuk membuat dan memanipulasi dokumen dan data melalui perangkat lunak pangkalan data dan pengolah data dan sebagainya. Literasi komputer juga dikenal dengan istilah literasi elektronik atau literasi teknologi informasi. d. Literasi Digital merupakan keahlian yang berkaitan dengan penguasaan sumber dan perangkat digital. Beberapa institusi pendidikan menyadari dan melihat hal ini merupakan cara praktis untuk mengajarkan literasi informasi, salah satunya melaui tutorial. e. Literasi Jaringan adalah kemampuan untuk menggunakan, memahami, menemukan dan memanipulasi informasi dalam jaringan misalnya internet. Istilah lainnya dari literasi jaringan adalah literasi internet atau hiperliterasi. Secara garis besar Bawden (2001) mengemukakan tiga jenis literasi berbasis keterampilan yaitu literasi media, literasi komputer dan literasi perpustakaan. Literasi perpustakaan memiliki dua pengertian, pengertian pertama adalah mengacu pada kemampuan dalam menggunakan perpustakaan dan menandai awal lahirnya literasi informasi yang menekankan pada kemampuan menetapkan sumber informasi yang tepat. Pengertian yang kedua berhubungan dengan keterlibatan perpustakaan dalam program literasi tradisioanal seperti pengajaran kemampuan membaca. Literasi perpustakaan biasanya disinonimkan dengan keterampilan perpustakaan dan instruksi bibliografis. Menurut Snavely dan Cooper (1997) literasi perpustakaan merupakan istilah alternatif untuk literasi informasi yang merupakan bentuk terbaru dari instruksi perpustakaan dan sumber informasi lainya. Saat ini kemamuan literasi informasi merupakan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai dalam program pendidikan pemustaka di perpustakaan. Pendidikan pemustaka saat ini mulai berkembang dan mencakup segala aspek mengenai pencarian informasi, untuk mempersiapkan pemustaka mencapai pembelajaran sepanjang hayat (Versosa, 2008: 12).

 

B. Rumusan Masalah

 

1. Bagaimana definisi dari literasi informasi?

2. Bagaimana manfaat dari literasi informasi?

3. Bagaimana peranan literasi informasi bagi perpustakaan?

4. Bagaimana peranan literasi informasi bagi pustakawan?

5. Bagaimana model literasi informasi?

 

C. Tujuan

 

1.     Untuk mengetahui tentang definisi dari literasi informasi

2.     Untuk mengetahui tentang manfaat dari literasi informasi

3.     Untuk mengetahui peranan literasi informasi bagi perpustakaan

4.     Untuk mengetahui peranan literasi informasi bagi pustakawan

5.     Untuk mengetahui model dari literasi informasi

 

 

 


 

BAB II PEMBAHASAN

 

A. pengertian literasi informasi

Secara umum literasi informasi diartikan sebagai kemelekan atau keberaksaraan informasi. Menurut Kamus Bahasa Inggris, literacy adalah kemelekan huruf atau kemampuan membaca dan information adalah informasi. Jadi literasi informasi adalah kemelekan terhadap informasi. Literasi informasi juga dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi informasi yang dibutuhkannya, mengakses dan menemukan informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi seara efektif dan etis.[1]                                                                                                                           Literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan seseorang untuk mengetahui kapan informasi tersebut diperlukan, serta kemampuan seseorang untuk mencari, menggunakan, mengevaluasi dan memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif. Secara umum literasi informasi dapat diartikan sebagai melek pengetahuan atau keberaksaraan informasi.                                                                                                                                                        Definisi tentang literasi informasi sangat banyak dan terus berkembang sesuai kondisi waktu dan perkembangaan lapangan. Dalam rumusan yang sederhana literasi informasi adalah kemampuan mencari, mengevaluasi dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif. Hakekat dari literasi informasi adalah seperangkat keterampilan yang diperlukan untuk mencari, menelusur, menganalisis, dan memanfaatkan informasi.

B. Manfaat literasi informasi

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi sangat memudahkan orang dalam mendapatkan informasi, akan tetapi di sisi lain mempersulit seseorang mendapatkan informasi yang valid dan terpercaya. Penerapan literasi informasi itu penting karena:                 
1.       literasi informasi merupakan sarana untuk mencapai tujuan hidup pribadi, sosial, pekerjaan dan pendidikan.

2.     literasi informasi merupakan sarana untuk memecahkan masalah dengan memanfaatkan beragam sumber-sumber informasi sebagai hak asasi manusia untuk menjadi pembelajar seumur hidup.

3. literasi informasi sebagai keterampilan menyaring informasi dalam
kehidupan masyarakat berbasis informasi.[2]

Terdapat pendekatan informasi terhadap literasi informasi. Didalamnya terdapat tiga strategi yaitu:

1) Pendekatan perilaku (behaviourist approach), untuk melek informasi, seseorang harus menunjukkan karakteristik tertentu serta mendemonstrasikan ketrampilan tertentu yang dapat diukur. Pendekatan semacam itu dianut oleh ACRL dalam standarnya.

2) Pendekatan konstruktifisme (constructivist approach), menekankan pada pembelajar dalam mengkonstruksi gambaran domainnya, misalnya melalui pembelajaran berbasis persoalan,

 3) Pendekatan relasional, dimulai dengan menggambarkan fenomena yang telah dialami seseorang.

C. peranan literasi informasi bagi perpustakaan

Pembelajaran sepajang hayat menjadi fungsi perpustakaan yang melekat erat terkait dengan siklus informasi dan pengetahuan terpercaya dan akurat yang tersedia bagi pengguna. Informasi yang banyak tersedia di perpustakaan belum tentu dapat ditemukan dengan mudah oleh pengguna tanpa bantuan pustakawan dan kemampuan literasi informasi. Informasi yang merupakan konten yang disebarkan melalui media tertentu dan ditambah lagi dengan hadirnya media digital.                                                                                                                                                             Pengertian perpustakaan saat ini bukan lagi sebuah gedung atau objek keepers melainkan sebuah sumber ilmu pengetahuan untuk memahami perpustakaan secara menyeluruh bukan saja hanya dilihat dari gedung atau fisik tempat menyimpan buku semata, tetapi harus dipahami sebagai sebuah sistem secara utuh yang didalamnya terdapat unsur tempat, koleksi yang disusun berdasarkan sistem tertentu serta pengelola dan pemakai (Purwono, 2013:2).                                                                                                  Pada awalnya, perpustakaan merupakan pusat penyediaan informasi yang multifungsi sehingga ia dikenal dengan fungsinya yang sanggup melayani beragam informasi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat secara luas. Namun sejalan dengan itu, di pihak lain semakin tumbuh subur pusat-pusat pelayanan informasi yang lebih khusus dengan ciri-cirinya yang tampak lebih profesional penanganannya. Mereka tidak lagi hanya sekedar tempat penyediaan informasi untuk keperluan sesaat. Perpustakaan merupakan contoh lembaga yang paling baik untuk menggambarkan masalah keterbukaan informasi, terutama perpustakaan umum. Sifat dari perpustakaan umum adalah memberikan akses informasi secara bebas kepada segenap anggota masyarakat di semua tingkatan.                                   Tujuan utama berdirinya perpustakaan, terutama perpustakaan umum adalah dalam rangka meningkatkan akses informasi kepada masyarakat luas tanpa membeda-bedakan kondidsi sosial ekonominya. Itu dulu ketika perpustakaan baru lahir sekitar abad kesembilan belas. Sedangkan dunia sekarang sudah sedemikian kompleks perkembangannya sehingga informasi sudah menyusup kedalam relung-relung kehidupan sosial secara terus menerus sehingga orang menjadi semain tergantung kepada sebuah informasi. Demikian cepat dan tingginya kebutuhan informasi bagi masyarakat secara keseluruhan sehingga melebihi batas kemampuan perpustakaan untuk memenuhinya.                                      Dalam dunia yang penuh dengan terpaan informasi secara global seperti sekarang ini, dimana segala informasi dari segala penjuru dunia bisa menembus rumah-rumah kita tanpa bisa dicegah lagi maka pihak pengelola informasi pun perlu mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi. Perpustakaan perlu mengembangkan kegiatan penelitian mengenai aspek-aspek yang mempengaruhi kondisi kebutuhan masyarakat secara keseluruhan guna menjawab tantangan zaman yang berubah dengan cepat. Akibat dari adanya ledakan informasi dan pengetahuan yang bersifat ilmiah dan mutakhir itu, sekarang banyak bermunculan perpustakaan khusus. Peran-peran perpustakaan secara tradisional adalah seperti yang selama ini kita kenal.                                                                                                              Perpustakaan hanya berupa tempat disediakannya sejumlah buku dan sumber-sumber informasi lain untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas sacara gratis. Perpustakaan diibaratkan seperti pasar swalayan yang sanggup menyediakan beragam informasi dan sumber-sumber informasi lainnya untuk memenuhi segala kebutuhan masyarakatnya. Dengan menggunakan metode atau alat-alat bantu penelusuran informasi seperti indeks, abstrak, dan katalog para pencari informasi relatif lebih cepat mendapatkannya. Namun demikian, kondisi masyarakat sekarang yang semakin banyak menuntut sejumlah informasi yang sangat spesifik dengan sifatnya yang bernilai ekonomis serta semakin kompleks, fungsi-fungsi perpustakaan menjadi tertantang karenanya. Secara garis besar, Bawden (2001) mengemukakan tiga jenis literasi berbasis keterampilan, yakni:

 a. Literasi media

 b. Literasi komputer

c. Literasi perpustakaan

Literasi perpustakaan memiliki dua pengertian,

a. Mengacu pada kemampuan dalam menggunakan perpustakaan dan menandai awal lahirnya literasi informasi yang menekankan pada kemampuan menetapkan sumber informasi yang lengkap

b. Berhubungan dengan keterlibatan perpustakaan dalam program literasi tradisional seperti pengajaran kemampuan membaca. Menurut Snavely dan Cooper (1997) Literasi Informasi perpustakaan merupakan istilah alternatif untuk literasi informasi yang merupakan bentuk terbaru dari instruksi perpustakaan dan sumber informasi lainnya. Saat ini kemampuan literasi merupakan sasaran atau tujuan yang ingin dicapai dalam program pendidikan pemustaka (user education) di seluruh perpustakaan. Pendidikan pemustaka ini mulai berkembang dan mencakup segala aspek mengenai pencarian informasi untuk mempersiapkan pemustaka mencapai pembelajaran sepanjang hayat (Versosa, 2008:12). Literasi perpustakaan biasanya disinonimkan dengan keterampilan perpustakaan dan instruksi bibliografis.

D. Peranan literasi informasi bagi pustakawan

Penelitian literasi informasi yang pernah dilakukan oleh Fitria (2008), menyimpulkan bahwa literasi informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemafaatan perpustakaan di lingkungan mahasiswa Yayasan Prof. DR. Kadirun Yahya Universitas Panca Budi Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 81,3% penggunaan perpustakaan dipengaruhi oleh pendidikan pemakai. Ini berarti bahwa pendidikan pemakai sangat membantu mahasiswa dalam menggunakan, memanfaatkan perpustakaan serta sangat mempengaruhi keinginannya untuk menggunakan perpustakaan. Istilah “tak kenal maka tak sayang” ini mungkin berlaku dalam hal ini. Apabila pemustaka yang potensial tidak mengenal perpustakaan dengan baik dan tidak mengenal dan mengetahui fasilitas apaapa saja yang ada di perpustakaan, maka ada kemungkinan mereka tidak mau datang ke perpustakaan. Dan tentu saja mereka tidak memanfaatkan dan menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh perpustakaan.                                                                                                                                                     Peran pustakawan dan pengelola perpustakaan dalam pendidikan pemakai dituntut untuk mengenalkan perpustakaan serta fasilitas apa yang ada di perpustakaan, baik layanan maupun koleksi yang dipunyai oleh perpustakaan. Pustakawan dituntut aktif untuk selalu mengenalkan fasilitas-fasilitas kepada pemustaka lewat pendidikan pemakai baik diminta maupun tidak diminta. Peran pustakawan sangat penting dalam terselenggarnya program-program yang telah direncanakan, khususnya program pendidikan pemakai, maka pustakawan dituntut untuk meningkatkan kualitas maupun kompetensi dirinya. Pustakawan melalui penyelenggaraan pendidikan pemakai berperan aktif guna mendorong pemanfaatan informasi secara efektif dan effisien. Pustakawan mempunyai tanggung-jawab untuk membimbing pemustaka dalam meningkatkan dan metode penelusuran koleksi di perpustakaan, sehingga pemustaka mempunyai kemampuan literasi informasi (melek informasi) melalui program pendidikan pemakai.

E. Model literasi informasi

Literasi informasi dapat diterapkan melalui sebuah cara yang terpola agar seseorang mampu mencari secara tepat yang disebut dengan model literasi informasi. Dalam perkembangannya, literasi informasi melahirkan beberapa jenis model literasi informasi yang diterapkan mulai dari pendidikan dasar, perguruan tinggi dan tempat kerja. Adapun modelmodel literasi informasi menurut Eisenberg (1996:43), yaitu:

1. The big Six, yaitu model literasi informasi yang dikembangkan oleh Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkoitz pada tahun 1987 yang terdiri dari Enam Keterampilan dan dua belas langkah dalam keterampilan:

a. Definisi tugas

·       Definisikan masalah informasi yang dihadapi

·       Identifikasi informasi yang diperlukan

b. Strategi mencari informasi

·       Menentukan semua sumber yang mungkin

·       Memilih sumber terbaik

c. Lokasi dan Akses

·       Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun fisik

·       Menemukan informasi dalam sumber

d. Menggunaan Informasi

·       Mengikat (membaca, mendengar, melihat dan menyentuh)

·       Ekstrak informasi yang relevan

e. Sintesis

·       Mengorganisir dari banyak sumber

·       Sajikan informasi

f. Evaluasi

·       Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektifitas

·       Nilai proses dari segi efisiensi

2. Seven Pillars, yakni Model yang dirancang untuk menjadi model kerja praktis yang akan memudahkan pengembangan lebih lanjut ide-ide diantara praktisi di lapangan dan diharapkan akan merangsang perdebatan tentang ide-ide dan bagaimana ide-ide tersebut dapat digunakan oleh perpustakaan dan staff lain dalam pendidikan tinggi yang bersangkutan dengan pengembangan ketrampilan siswa. Model ini menggabungkan ide-ide tentang berbagai ketrampilan yang terlibat dengan kedua kebutuhan untuk mengklarifikasi dan mengilustrasikan hubungan antara ketrampilan informasi dan teknologi informasi serta gagasan tentang kemajuan dalam pendidikan tinggi yang terkandung dalam pengembangan 1) Mengenal kebutuhan informasi 2) Membedakan cara mengatasi kesenjangan dan mengetahui sumber informasi 3) Membangun strategi untuk menentukan lokasi informasi 4) Menentukan lokasi dan akses informasi 5) Membandingkan dan mengevaluasi informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda 6) Mengorganisir, menerapkan dan mengkomunikasikan informasi ke orang lain dengan cara yang sesuai dengan situasi 7) Menyatukan dan membangun informasi yang ada dan mendukung penciptaan ilmu yang baru.

3. E8TM Empowering (E-8) Merupakan sebuah model literasi informasi yang menggunakan pendekatan pemecahan masalah berupa resourch based learning, yaitu suatu kemampuan untuk belajar berdasarkan pada sumber datanya. E-8 dikembangkan oleh orangorang Asia dan dianggap sebagai model yang merefleksi kondisi orang-orang Asia. Unsur-unsur yang tercakup didalamnya yaitu: 1) Mengidentifikasi topik/subjek 2) Mengeksplorasi sumber dan informasi yang Sesuai dengan topic. 3) Menyeleksi dan merekam informasi yang relevan dan mengumpulkan kutipan yang sesuai 4) Mengorganisir, mengevaluasi dan menyusun informasi menurut susunan yang logis, membedakan antara fakta dan pendapat, menggunakan alat bantu visual untuk membandingkan dan mnegkontraskan informasi 5) Mencipta informasi dengan menggunakan kata-kata sendiri, mengedit, dan membuat daftar pustaka ataupun menghasilkan karya baru. 6) Mempresentasika, menyebarkan atau menyampaikan informasi yang dihasilkan 7) Menilai keluaran output berdasaran pada masukan/input dari orang lain 8) Mengaplikasikan masukan, penilaian dan pengalaman yang diperoleh untuk kegiatan yang akan datang dan menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh untuk berbagai situasi.


BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan

Literasi informasi diperlukan dalam mengakses, memanfaatkan dan menyebarkan berbagai informasi yang diperoleh sehingga tidak dengan mudah menyebarkan berbagai informasi tanpa memeriksa lebih dahulu kebenarannya. Literasi informasi merupakan serangkaian kemampuan dan pengetahuan yang diperlukan seseorang untuk mengetahui kapan informasi tersebut diperlukan, serta kemampuan seseorang untuk mencari, menggunakan, mengevaluasi dan memanfaatkan serta mengkomunikasikannya secara efektif.                    

 


DAFTAR PUSTAKA

 


[1] Sri Melani. Literasi Informasi dalam praktek sosial. Jurnal Iqra’ Volume 10 No.02 Oktober 2016. Hal. 73.

 

[2] Kemendikbud RI. Bahan Ajar Pelatihan Perpustakaan Sekolah. Dirjen Tendik 2010. Hal. 15

Comments